Pada Tataran Mana Kemampuan Dalang Kesayangan Anda?

Sumber gambar dari: 319749_233625146745057_100002927205265_441113_1815078589_n.jpg

Pangapurane ya Kakang “Togog”  Kuning Gading. Inyong ngetag gambare rika.

Dalam tataran kemampuan para dalang (wayang kulit), terdapat nama-nama tataran yang menggambarkan kemampuan seperti apa sejatinya dalang yang pernah anda tonton (dan dengarkan).

Seperti tertulis dalam Patokan Pedhalangan Gagrag Banyumas, dalam satu bab dikupas kemampuan dalang menurut tatarannya. Terdapat nama-nama kemampuan menurut ukuran kebisaan yang para dalang miliki. Dalam hal ini terdapat lima nama yang disebutkan.

  1. Dalang Sejati

Dalang Sejati, ketika sedang melakukan pegelaran wayang, berlaku sebagai penjabar semua hal yang berkaitan dengan wayang dan isi cerita. Dalam hal ini, piwulangnya mengandung arti yang dalam pada hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan moral yang baik, yang bisa menjadi tauladan bagi semua audiensnya. Semua yang ia lakukan dalam mendalang, yaitu memainkan wayang, menjelaskan cerita dan semua aspek pewayangan, semua yang tersebut tadi  menggambarkan pesan pendidikan moral, wejangan tentang baik-buruk, penerang tentang asal mula hingga akhir segalanya dari suatu sosok pribadi seseorang, atau dalam bahasa Jawa disebut sangkan paraning dumadi.

Ia dapat melakukan pencerahan batin kepada semua audiens yang sedang dalam kegelapan dan ketidak mengertian akan moralitas. Ia dapat memberikan pelajaran kepada penonton, bagaimana mereka berlaku pada jalan lurus menuju ke arah  kesempurnaan.

Dalam pribadinya, ia berlaku selaras antara yang diajarkan dalam isi pedalangan yang ia pentaskan dan bagaimana ia berlaku dalam masyarakat. Luar dan dalam pada pribadinya adalah sama, yaitu menuju kepada tindakan moral yang sama menuju kebaikan. Pendek kata ia adalah contoh tauladan dalam masyarakat, inilah yang disebut dengan Dalang Sejati.

Dalam kekinian, masih adakah dalang sejati? Dalang yang selaras antara apa yang diucap dan apa yang dilakukan? Adakah dalang yang masih dapat bertindak mengekang perbuatan menyeleweng dari tatanan kemasyarakatan dan dapat mengekang perilaku semau sendiri?

Tatanan masyarakat kita masa sekarang yang sudah tergerus budaya timur (tengah) dan barat akibat salah satunya adalah kurangnya jati diri Jawa, telah mempercepat kepunahan dalang dalam perannya menjadi pucuk penuntun bagi ajaran moral masyarakat.

  1. Dalang Purba.

Dalang Purba sewaktu mendalang berisi cerita yang  bermacam-ragam. Ceritanya dapat menjadi suri tauladan bagi audiens-nya. Ia dapat menjadi pencerah bagi kehidupan penonton untuk kehidupan sehari-hari. Bagi dalang Purba, lahir dan batinnya adalah terarah menuju kesempurnaan. Dalam menjelaskan pesan moral, ia mengatakan dalam tekanan yang tersandi dan terasa halus terhadap para penontonnya. Itu semua ia lakukan agar penonton terpesona dengan bagaimana cara ia menggelar pertunjukan dalam semalam penuh.

Ia dapat memaku jiwa penonton seakan pesona itu tetap berbekas walau pegelaran telah berlalu, baik dalam hal sanggit cerita maupun semua isi pelajaran moral yang ia gelar. Inilah tataran yang disebutkan dalam penamaan dalang Purba. Maknanya, ia adalah seorang dalang yang bisa mencakup rasa kasar-halus manusia. Ia dapat menggenggam rasa itu dalam wejangan yang tersirat dalam menjalani pagelaran.

Dalang seperti ini pada masa sekarang juga sudah langka. Dalang sepuh yang pernah saya lihat dan rasakan dalam menjalankan pagelaran wayang seperti dalang Purba ini  sudah almarhum. Sampai sekarang saya belum menemukan lagi yang masih hidup.

  1. Dalang Wasesa.

Pada saat menguasai panggung, dalang ini mempunyai keahlian menghidupkan wayang sedemikian rupa. Oleh sebab ini, ia sangat digemari dan banyak fans-nya. Kecuali menghidupkan wayang yang ia pegang, ia juga sangat piawai dalam merangkai kata bagai menghipnotis penontonnya. Adegan romantis ia dapat melakukannya dengan begitu mempesona. Adegan kemarahanseorang tokoh wayang, ia seperti mengajak kita untuk ikut dalam suasana marah. Pun adegan kesedihan yang menyayat, ia dapat menyeret kita kedalam kesedihan yang teramat dalam. Pendeknya, adegan yang ia lakukan seperti sesungguhnya terjadi dalam benak kita. Kita terseret dalam adegan yang ia pentaskan bagai muncul di alam nyata.

Dalang ini masih ada, tetapi jarang. Perlu latihan keras untuk mencapai kemampuan tinggi dalam olah dramatisasi seperti tersebut diatas. Dan dalang seperti ini masih bisa kita harapkan kelahirannya pada masa mendatang.

  1. Dalang Guna.

Dalang seperti ini adalah dalang yang mengikut selera penonton. Ia bukan seorang panutan, tapi ia menganut bagaimana orang banyak menghendaki. Ceritanya ramai semalam suntuk, tetapi kosong. Dan sekali lagi, ia tidak dapat menjadi panutan. Yang terlihat oleh kita hanya bagaimana ia melakukan pertunjukan wayang. Kemampuannya hanya sebatas menjalankan tokoh wayang, dan terlihat seperti bermain-main dengan boneka-boneka wayang, dan bermain main tentunya dengan para crew termasuk sinden dan Bintang Tamu.

Sedapat mungkin ia mengeluarkan tokoh wayang sebanyak mungkin, dan ceritanya penuh dengan adegan perang dan irama srepeg, ayak-ayak dan banyak irama sampak. Atau kalau tidak, ia seolah bak dirigen bagi orkestra dalam irama seseg atau lagu dolanan. Bila tokoh wayang yang dikeluarkan sedikit, ia berkelakar dengan para sinden berpuas-puas

Itulah kemampuan dalang pada tataran dalang Guna. Artinya semua tadi yang disebutkan adalah dalang yang senang pentas dengan ditabuhi gamelan (tentu dengan irama seseg, kalaupun tidak, lagu dolanan), dan ia adalah dalang yang berkelakar berlebihan dari dalang yang terseret arus jaman . Yang penting PY

Adakah dalang seperti ini? Baaanyaaaaaaaak . . . . . .

  1. Dalang Wikalpa.

Ini dalang dalam tataran pakem. Lebih parah lagi, semua yang dilakukan dalam pentas adalah bagaimana ia menjalankan yang ia peroleh pelajaran itu baik dari perguruan atau mentornya, tanpa ia tahu itu benar atau salah. Plek.

Jadi ia hanya  mewujudkan bagaimana ia melakukan apa yang ia rasakan ketika guru atau mentornya mengajari bagaimana cara mendalang, tetapi tanpa ia dapat melebihi kagunan dari mentornya yang mungkin saja banyak melakukan kekekeliruan, baik itu tata sastra ucap atau silsilah wayang dsb. Pengetahuannya hanya dibatasi oleh hal-hal yang ia lihat dan rasakan, bagai seekor kakatua yang menirukan tuannya. Bahkan lebih parah lagi, dari panggung ke panggung, ia mengulang ulang apa yang telah pernah ia lakukan seperti hanya ia melakukan copy-paste. Ia tidak cerdas mengkoreksi kelemahan sang mentor.

Itulah yang dinamakan Dalang Wikalpa. Ada? No comment. Silakan anda yang mengomentari.

————————————————————————————————–

Matur nuwun juga kepada Dyon CahMbanjarjunut

8 comments on “Pada Tataran Mana Kemampuan Dalang Kesayangan Anda?

  1. sepertinya sekarang bukan lagi tentang kemampuan dhalangnya, tapi mungkin juga kebiasaan dhalangnya..
    ———————————————————————

    Setuju Ki. Seperti yang kakine tulis di FB. Bayangan Kakine kalau pada suatu saat nanti ketika kebiasaan dhalang semakin menjadi-jadi, Ki Dhalang manggung dengan bintang tamu Boyband atau girlband yang mungkin saja datang dari Kroya . . . eeh Korea. Kalau saya membayangkan Lady Gaga ngumpul di depan simpingan kanan bersama para pesindhen dengan pakaian dari jahitan fillet daging sapi yang super mini itu, atau . . . . . aaaahhhh . . . .

  2. Mengharapkan lahirnya Dhalang wasesa, sepertinya sebuah harapan besar terutama kepada Dhalang ya tidak sekedar nDhalang dan asal laris dan jelas kita merindukannya….seperti pagelaran klasik yang hampir jarang ditemui lagi neng pakeliran jaman sekiye.

  3. Wayang dan pedalangan adalah unik dan menarik. Kita memang terkadang terjebak hanya merasa “BANGGA” memiliki kebudayaan yang adiluhung tersebut tanpa merasa HANDARBENI yang sebenarnya. Semoga ke depan lahir para dalang yang MENGERTI apa wayang tersebut serta mampu menunjukkan rasa bangga yang sebenarnya dan mampu mengungkapkan rasa bangganya sesuai jaman di mana dia hidup.
    ————————————————————————————————————
    Bagi saya, dalang yang ideal adalah yang tidak perlu terbawa arus jaman sehingga hilang rasa seni pewayangannya.
    Pengungkapan rasa bangga akan seni pedalangan yang sesuai jaman apakah dimaksudkan bahwa dalang harus nggladrah mencampur adukkan dengan seni kotemporer yang sedang berlaku di masyarakat?

  4. Wah..masih susah jadi dlang sejati,tp dalang itu hrs mmpnyai imajinasi yg tinggi, jgn byk guyonan sm bntg tamu tp hr piawai mencptakan cr khas seni, agar d tauladani oleh penonton. hdp.. dlg gino..

    ———————————————————————-

    hdp dalg gino . . . . . itulah ungkapan dari fans sejati. walau beliau sudah ada dalam alam kelanggengan tetapi memang beliau masih tetap hidup dalam benak para pecinta seni pedalangan, utamanya gagrak banyumasan.

  5. Ping-balik: Seni Budaya Banyumas | inascinta

  6. saya sudah membaca, dan saya suka point 1 – point 3…..
    walaupun jadi cuma menonton tapi saya sangat benci jika makin jauh pakeliran keluar dari pagelaran….semoga ada dalang tidak hanya cuma laris….tapi sangat mencintai budayanya.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.