KALIMATAYA 18 – Akhir Arjunapati

kalimataya18-1_edited-1

Kekuatan senjata Cakra tidak bisa mengalahkan kesaktian Arjunapati. Tidak putus asa, Kresna kembali meneror Arjunapati dengan memunculkan ujud naga. Bukan hanya satu, tetapi beratus-ratus ekor, seakan tidak henti mengalir dari senjata Cakra.

Kewalahan Arjunapati melawan ampuhnya naga jadi-jadian yang mendesaknya, sehingga Arjunapati menghunus senjata curian dari Arjuna.

Kali ini beribu-ribu burung garuda seakan tanpa henti keluar dari ujung senjata Ardadedali. Kembali campuh perang terjadi. Ramainya pertempuran memaksa para dewa turun untuk menyaksikan kehebatan tanding antara keduanya. Mereka turun dari kahyangan sambil menaburi ribuan kembang diantara yang sedang adu kesaktian.  

Baca lebih lanjut

KALIMATAYA 17 – Udawa-pun Gugur.

kalimataya17a_edited-3

Maka pecahlah kehebohan disertai tangis Wårå Sumbådrå yang mengucap hendak bela pati, mengikuti tewasnya suami.

Buru-buru Kresnå menenangkan Sumbådrå dan memanggil Udåwå untuk menghadapi keadaan yang begitu mendadak berubah, “Kakang Udåwå, jangan terlambat,  tangkap musuh kita. Kerahkan semua wadya Astinå dan Dwåråwati, tumpas orang-orang Sriwedari”. Seru Kresnå memerintahkan.

Prajurit Astinå dan Dwåråwati sebenarnya tidak tahu-menahu mengenai peristiwa yang sedang berlangsung dan berubah cepat. Mereka dengan gugup saling memberitahu apa yang harus mereka lakukan. Dengan cepat mereka siaga dan mulai masuk ke gelanggang perang.

Baca lebih lanjut

KALIMATAYA 16 – Harga Diri dan Dendam

kalimataya16d-2
Demikianlah, maka kedua paranpara kepercayaan prabu Arjunåpati mundur.  Semua perintah telah dijelaskan secara terinci.
Prabu Arjunåpati sekarang sudah berujud Dewi Citråhoyi. Ia. sudah menaiki kereta dan siap diberangkatkan oleh Patih Suwondå. Diluar, Patih Suwondå mengatur sebagian laskar yang hendak diberangkatkan ke Astinå dan sebagian lagi menunggu dalam negara.
Sejenak kemudian, suara gemuruh langkah para prajurit yang diberangkatkan dari Negara Sriwedari yang mengiring kereta. Indah busana para prajurit bagaikan sosok gunungan bunga. Bendera layu merah berkelèbèt, diiring tetabuhan yang memekakkan telinga orang-orang yang menjajari pasukan pada setiap jalan yang dilalui.

Baca lebih lanjut

KALIMATAYA 15 – Rencana yang Tinggal Rencana.

kalimataya15_

Kembali diceritakan yang ditinggal oleh keduanya, Prabu Kresnå dan Prabu Arjunåpati. Mereka melihat perkara sudah selesai. Maka Kresnå kemudian mengatakan apa yang masih menjadi pikirannya, “Yayi Prabu Sriwedari, sekarang marilah kita pergi untuk memenuhi janjiku kepadamu, mencarikan wanita sebagai ganti dari Citråhoyi”.

“Duh Kakang Prabu Kresnå, akan lebih baik bila nanti pada waktunya, kami akan datang ke Astinå. Tidak akan kami membatalkan niat, nanti setelah Kakang Prabu pulang, kami akan segera menyusul Kakang Prabu di Astinå, dan kami menuruti apa yang Paduka perintahkan nanti”. Entah kenapa, Arjunåpati menolak untuk berangkat bersama dengan Kresnå. Penolakan yang dikemudian hari akan menentukan nasib Arjunåpati. 

Baca lebih lanjut

AJI BRAJADENTA – Ki Sugino Siswocarito.

aji brajamusti

Niki onten malih para sederek sedaya, wayangan saking Ki Dhalang Gino, Lakon sing krihin empun ilang teng Jumbofile, kula ungah malih supayane penjengan sing kelangan lan dereng ngundhuh saged pikantuk malih.

Seniki sing ajeng kula aturaken kalih penjengan sedaya, nggih niku lampahan  Aji Brajamusti. Niki nggih lakon khas Banyumasan sing teng pengrasane kula, niki mandan onten gesehe kalih alur lakon mainstream.

Baca lebih lanjut

KALIMATAYA 14 – Nista Arjunapati.

kalimataya14_edited-1
Terkejut Sang Arjunåpati mengetahui kedatangan tamunya, buru-buru ia memerintahkan agar segera memperbolehkan keduanya masuk ke ruang tamu.
Kedatangan Kresnå disambut dengan rasa bahagia dan kemudian dipersilakan duduk. Ketiganya sudah selesai berbasa-basi dan Prabu Arjunåpati menyatakan rasa hatinya. “Bahagia rasanya hati ini, telah kedatangan Raja Agung yang ia sangat kami junjung tinggi. Adakah hal yang bisa kami ketahui mengenai apa yang menjadi keperluan Kakang Prabu?”
“Yayi Prabu Arjunåpati, kenapa aku datang ke Sriwedari? Pertama, karena sudah lama aku tidak bertemu Yayi Arjunåpati . Aku mengalah untuk datang ke Sriwedari juga untuk bertanya, sebab dari Yayi Arjunåpati tidak ikut serta dalam Perang Båråtåyudå. Waktu itu kami sangat menunggu kedatangan Yayi Arjunåpati beserta wadya balamu”. Kresnå berbasa-basi membuka pembicaraan.

Baca lebih lanjut

KALIMATAYA 13 – Yang Bertekuk Lutut . . . .

kalimataya13
Sebenarnya Arjunåpati itu adalah raja yang masih muda, tampan dan perkasa juga sangat sakti. Tetapi Citråhoyi tetap pada pendiriannya, bahwa hanya satu yang ia inginkan, Arjunalah yang ia inginkan menjadi suaminya. Selain dari itu, ia berjanji akan mengakhiri hidupnya bila keinginannya tidak terlaksana”. Demikian kata Kresnå menjelaskan apa yang terjadi di Sriwedari. 
Kemudian lanjutnya, “Kesedihan Sang Dewi, hinggga kini masih saja menurun. Setiap saat yang disebut nama hanyalah kamu, Arjunå. Maka sampai kini Arjunåpati masih saja bingung, lupa akan persaudaraan terhadapku. Dan sebenarnya, bahwa dahulu Prabu Arjunåpati sudah pernah mengakui, bahwa ia juga pernah mengaku bersaudara terhadapmu”.

Baca lebih lanjut

KALIMATAYA 12 – Mereka yang Terusir.

kalimataya12rev00
Kresnå dengan kasihnya merangkul Arjunå sambil berkata pelan, “Duh, apa yang terjadi terhadapmu, Permadi? Meleset rencana Dewa tidak seperti banyaknya nasib buruk yang kau terima. Tetapi bagaimanapun, aku tidak bisa menyalahkan kamu. Aku tahu bagaimana sedih hatimu karena tidak bisa melupakan yang kamu cinta”.
Semakin  sedih Arjunå mendapat perlakuan kasih Kresnå. Lalu Kresnå berkata menyambung, “Kemauan hatimu yang kuat dan  masih terbayang akan nasibmu terputuskan cinta, tak urung akan membuatmu mati sia-sia. Tetapi hendaknya kamu sebagai satria harus ingat, jangan terus terseret dalam arus asmara yang menyakitkan.
Kakakmu Prabu Puntådèwå dan semua saudaramu sangat bersedih karena kehilanganmu sejak kamu meninggalkan Astinå. Orang senegara ribut mencarimu hingga saat sekarang. Pulanglah, tenangkan hatimu, jangan terus-menerus tinggal dalam hutan. Bila kamu susah akibat meninggalnya istrimu, Banuwati, aku akan memberimu ganti. Wanita yang tidak kalah cantik dibandingkan Banuwati. Dengarkan, aku hendak katakan yang bakal menggantikan rasa asmaramu terhadap Banuwati”. Patah demi patah kata Kresna menyampaikan nasihat mengungkit kesadaran nalar Arjunå agar menjadi berangsur pulih. Baca lebih lanjut

ANTASENA TAKON BAPA – Ki Warseno Slenk

antasenatakonbapaslenk_edited-1

Link Antasena Takon Bapa yang dulu pernah saya posting di Jumbofile sudah hilang musnah. Sebagai tanda bahwa lakon ini sangat saya sukai dan kembali ingin berbagi kepada para penggemar Ki Warseno Slenk, kami berikan lagi link yang sudah hilang itu. Mangga.

Setidaknya ada  tiga alasan ketika pertama kali saya akan membagikan pagelaran dari dalang muda ini. Baca lebih lanjut

KALIMATAYA 11 – Asmaraaa . . . . . . .

kalimataya11rev00_edited-1

Dalam rasa sedihnya, terdengar ia berucap, “Cintaku, Banuwati. Sampai mati, janganlah kamu terpisah dariku”.
Kelewat berat rasa asmara Arjunå. Setiap ia melangkah, hanya kesedihan yang melimput wajahnya. Dan rasa amarahnya bangkit bila yang terbayang adalah ketiga sisa Kuråwå yang menyebabkan tewasnya Banuwati.”Heh keparat Kartåmarmå, Aswåtamå dan Krepå, matimu adalah kematian durhaka, bumi tak akan menerimamu”.
Berjalan pelan, Arjunå memetik kembang. Diciumnya kembang dan kembali mulutnya bergeremang, “Duh kasihku, bunga ini pantas bila disematkan ke sanggulmu. Daun gadung ini akan lebih membuatmu semakin cantik, bila aku sematkan juga sebagai cundhuk pemantas”.
Lalu dipetiknya juga helai daun gadung. Kebiasaan Banuwati ketika mereka berdua dahulu berkenalan di Måndåråkå, ia yang begitu senang mengurai sebagian rambutnya hingga ke dada dan bercundukkan daun gadung. Itulah salah satunya dari kebiasaan Banuwati yang membuat Permadi jatuh cinta.

Baca lebih lanjut