BARATAYUDA 24 – Siasat Sang Pecundang

siasatsangpecundang_vers0_edited-1

Namun ia masih menunggu jawab Aswatama yang masih dengan senyum kemenangan dibibirnya. Kemudian dilihatnya Aswatama berdiri didepan kuda, dan berkata dengan dada tengadah.

Kita tinggalkan malam di Måndåråkå. Ditempat yang lain, Aswåtamå dengan kebulatan tekad telah memasuki Taman Kadilengeng di lepas sore itu. Dan di taman itu, Dèwi Banuwati tengah duduk didampingi oleh para dayang dayang-nya.  Mereka dengan setia memberikan bermacam hiburan agar junjungannya dapat melupakan kemelut yang sedang menyelubungi negaranya.

Ketika Aswåtamå masuk ke Taman Kadilengeng, suasana hingar bingar mendadak terhenti. Hampir semua mata menuju ke arah kedatangan Aswåtamå. Semua menerka-nerka, pasti ada sesuatu yang sangat penting hendak disampaikan oleh sang tamu. Sosok tamu yang semua sudah mengenalnya sebagai anak Pedhanyang Sokålimå, anak dari Sang Pujangga Astina, Resi Durnå. 

Baca lebih lanjut

Råmåparasu (6) Sumantri Cidrå ing Janji

Bambang Sumantri angagar-agari jemparing marang Sukasarana..

Panyuwuné Prabu Harjunå Såsråbahu, Bambang Sumantri kudu kedugå mindhah Taman Sriwedari kang dumunung ing imbanging gunung Untåråyånå, kudu kaboyong marang taman sari Negårå Maèspati, kinaryå lipuring Dèwi Citråwati kang katembèn pisah lan wong atuwanè.

 Sungkawaning ati Bambang Sumantri kedadak dadi bungah, nalikå kèlingan marang kadang tarunå, Bambang Sukåsarånå.
Sedulur mudhå kang duk inguni kasimpè sabab kinirå lamun bakal amung ngrubedå-angreridhu jangkahirå. Lan manèh kinirå bakal anjejèrèng wirang amargå dhéwéké darbè kadang kang wewujudanè anggelinani.

Baca lebih lanjut

BARATAYUDA 23 – Saat-Saat Terakhir

 

Aswåtamå segera pergi ke istal. Melepas kuda terbaik dari dalamnya, melepas tali yang mengikat ke toggak, kemudian ia memacu kudanya dengan kecepatan penuh meninggalkan percikan lumpur kotor. Ia seakan ingin membuang segala keruwetan yang mendera dadanya. Beban yang menindihnya, seakan hendak ia angkat dan campakkan, dengan cara memacu kuda itu sekencang kencangnya bagai dikejar setan. Tujuan yang semula telah ia rancang dengan rasa was-was, saat ini tidak lagi mendera dadanya. Sepenuh hati rencana telah digenggamnya tanpa keraguan sedikitpun. Banuwati, ya, Banuwati! Ia hendak menuju ke hadapannya. Ia adalah anak dari Prabu Salyå dan istri dari Prabu Duryudånå. Setelah kejadian di balairung tadi, sebuah rencana yang tertanam dari hari-hari terakhir kemarin telah tumbuh subur. Dihatinya juga telah timbul tekad bahwa ia tak lagi merasa sebagai bawahan Prabu Duryudånå. Junjungannya dimasa lalu yang telah menilai kecil perannya selama ini. Ia merasa sadar sekarang  bahwa dimasa lalunya ia telah dikerdilkan dengan hanya diberi derajat yang hanya dipandang sebelah mata. Kekesalan yang terpendam mencapai puncaknya ketika ia telah dibobot ringan dengan pengusiran yang kedua kali terhadap dirinya.

Baca lebih lanjut