Namun ia masih menunggu jawab Aswatama yang masih dengan senyum kemenangan dibibirnya. Kemudian dilihatnya Aswatama berdiri didepan kuda, dan berkata dengan dada tengadah.
Kita tinggalkan malam di Måndåråkå. Ditempat yang lain, Aswåtamå dengan kebulatan tekad telah memasuki Taman Kadilengeng di lepas sore itu. Dan di taman itu, Dèwi Banuwati tengah duduk didampingi oleh para dayang dayang-nya. Mereka dengan setia memberikan bermacam hiburan agar junjungannya dapat melupakan kemelut yang sedang menyelubungi negaranya.
Ketika Aswåtamå masuk ke Taman Kadilengeng, suasana hingar bingar mendadak terhenti. Hampir semua mata menuju ke arah kedatangan Aswåtamå. Semua menerka-nerka, pasti ada sesuatu yang sangat penting hendak disampaikan oleh sang tamu. Sosok tamu yang semua sudah mengenalnya sebagai anak Pedhanyang Sokålimå, anak dari Sang Pujangga Astina, Resi Durnå.